Mengkonsumsi Vitamin C
Vitamin C –atau dikenal juga sebagai asam askorbat- merupakan nutrisi yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Yang pertama, vitamin C bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu proses pemulihan saat kita menderita sakit. Vitamin C juga merupakan salah satu antioksidan yang mampu melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat eksposur radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai gangguan kesehatan, termasuk terjadinya penuaan dini dan penyakit kanker. Vitamin C juga merupakan salah satu nutrisi yang berperan penting dalam pembentukan kolagen yang diperlukan tubuh untuk pembentukan serta perbaikan kulit, tulang, dan gigi, serta berperan penting dalam proses penyembuhan luka dan memperlambat proses penuaan.
Tidak sulit bagi kita untuk dapat memperoleh vitamin C. Kita dapat memperoleh vitamin C dengan mengkonsumsi buah dan sayur seperti jeruk, manga, strawberry, pepaya, nanas, kiwi, brokoli, tomat, dan paprika. Jika kita kesulitan mendapatkan buah atau sayur, kita juga dapat mengkonsumsi vitamin C dalam bentuk suplemen. Yang perlu diperhatikan saat kita mengkonsumsi suplemen vitamin C adalah hendaknya kita memilih suplemen vitamin C yang memiliki sistem pelepasan berkala (time release), agar vitamin C dapat diserap oleh tubuh kita secara berkala sehingga tidak mengganggu kesehatan organ-organ tubuh kita.
Selain dikonsumsi secara oral, vitamin C juga dapat dikonsumsi melalui penyuntikan (injeksi), baik itu injeksi pada otot (intramuscular), injeksi di bawah kulit (subkutan), atau injeksi melalui pembuluh darah (intravena). Saat ini, paham yang populer di masyarakat adalah injeksi vitamin C berfungsi untuk membuat kulit tubuh lebih cerah. Padahal, sebenarnya manfaat konsumsi vitamin C yang dilakukan melalui injeksi sama saja lho, dengan konsumsi vitamin C yang melalui oral.
Walaupun vitamin C memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, kita tidak boleh secara berlebihan mengkonsumsi vitamin C. Kebutuhan vitamin C pada orang dewasa adalah sekitar 75 – 90 mg/hari. Kebutuhan tersebut dapat bervariasi tergantung kepada kondisi kesehatan dan aktivitas dari masing-masing individu. Misalnya, kebutuhan tersebut dapat meningkat pada ibu hamil (yang membutuhkan 80 – 85 mg vitamin C perharinya) dan ibu menyusui (yang membutuhkan 115 – 120 mg vitamin C perharinya).
Selain itu, kita harus mengacu kepada batas maksimum konsumsi harian vitamin C yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Usia (tahun)
|
Asupan (mg/hari)
|
1 – 3
|
400
|
4 – 8
|
650
|
9 – 13
|
1200
|
14 – 18
|
1800
|
>19
|
2000
|
Batas maksimum konsumsi harian vitamin C tersebut adalah total asupan vitamin C maksimum dari berbagai sumber, baik itu dari bahan makanan, dari suplemen, dan dari injeksi. Sama seperti hal berlebihan lainnya, mengkonsumsi vitamin C secara berlebihan (overdosis) juga tidak baik dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Salah satu akibat dari overdosis vitamin C adalah gangguan pencernaan, yang dapat muncul dalam bentuk tanda dan gejala seperti perut kembung, mual, muntah, dan diare. Hal ini disebabkan karena tubuh kita hanya dapat menyerap vitamin C sesuai kebutuhan hariannya dan sisa vitamin C yang tidak terserap tubuh akan dikeluarkan dari tubuh melalui usus dan proses ini dapat menyebabkan iritasi dan sensitisasi pada organ pencernaan sehingga timbullah tanda dan gejala tersebut.
Konsumsi vitamin C berlebih juga dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Vitamin C yang berlebih akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk oksalat melalui urine. Namun, jika kita mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah berlebih, maka jumlah oksalat yang dihasilkan juga akan berlebih. Oksalat pada saluran kemih dapat saling berikatan dengan mineral lain dan membentuk kristal yang dapat menjadi cikal bakal terbentuknya batu ginjal. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal US National Library of Medicine, disebutkan bahwa kadar oksalat yang dihasilkan oleh tubuh meningkat sebesar 20 % pada mereka yang mengkonsumsi suplemen vitamin C dengan dosis 1000 mg sebanyak 2 – 3 kali perharinya.
Konsumsi vitamin C berlebih juga dapat menyebabkan gangguan pergerakkan. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam Medical News Today, konsumsi vitamin C berlebih berpotensi memicu pembentukan osteofit yang nantinya akan menjadi benjolan pada tulang dan sendi sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan pergerakkan.
Konsumsi vitamin C berlebih juga dapat menyebabkan reaksi alergi dan iritasi pada beberapa orang. Reaksi tersebut ditunjukkan dengan timbulnya rasa gatal serta bengkak pada berbagai bagian tubuh, pusing, atau sesak nafas. Tapi tidak usah terlalu khawatir, keluhan-keluhan tersebut dapat hilang beberapa waktu setelah kita berhenti mengkonsumsi vitamin C.
Selain memperhatikan dosisnya, saat mengkonsumsi vitamin C, kita juga harus memperhatikan potensi reaksi silang antara vitamin C dengan obat-obatan lain yang kita konsumsi. Misalnya, jika seseorang sedang menjalani kemoterapi, mengkonsumsi vitamin C justru dapat menurunkan efektifitas dari obat kemoterapi yang dikonsumsinya. Sama halnya dengan orang yang sedang mengkonsumsi pil KB, karena konsumsi vitamin C disinyalir juga berpotensi menyebabkan penurunan efektifitas dari pil KB.
***