10 June 2022
5402
Reasuransi Jiwa
Keterkaitan Asma dengan GERD
Gastroesophageal Reflux Disease alias (GERD) mungkin telah menjadi gangguan kesehatan yang cukup familiar, terutama bagi masyarakat yang berada di perkotaan. GERD merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh naiknya asam lambung ke organ pencernaan di atas lambung, salah satunya adalah kerongkongan. Kondisi ini diketahui memang menyebabkan rasa tidak nyaman dan keluhan pencernaan, seperti rasa mual, muntah, dan begah (bloated).
Namun, tahu kah kalian, ternyata GERD tidak hanya dapat menyebabkan keluhan pencernaan, lho, namun juga dapat menyebabkan sesak nafas dan memicu kekambuhan asma pada orang yang memang memiliki riwayat asma.
Sebelum memahami keterkaitan antara asma dengan GERD, kita harus kembali mengingat dan memahami definisi dari asma dan GERD itu sendiri, serta letak anatomi dari saluran pencernaan dan saluran pernafasan.
Asma adalah suatu gangguan saluran pernafasan kronis, yang disebabkan oleh peradangan serta penyempitan pada saluran pernafasan. Penderita asma cenderung memiliki saluran pernafasan yang lebih sensitif jika dibandingkan dengan non-penderita asma, sehingga, ketika saluran pernafasannya terpapar oleh suatu trigger, maka saluran pernafasannya akan mulai mengalami peradangan, otot-otot saluran pernafasan akan mulai menjadi kaku, dan saluran pernafasan pun akan menyempit. Kondisi-kondisi tersebut akhirnya akan membuat penderita asma mengalami sesak nafas dan batuk terus-menerus. Hal ini akan terjadi setiap penderita terpapar dengan trigger tersebut.
GERD adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh melemahnya katup yang terletak di kerongkongan bagian bawah. Katup ini dinamakan sphincter esophagus, dan katup ini berperan untuk mencegah naiknya asam lambung dari lambung ke kerongkongan. Apabila katup ini melemah, asam lambung pun dapat naik ke kerongkongan, dan membuat sensasi yang tidak nyaman seperti mual, muntah, perut perih, begah, serta rasa terbakar di area ulu hati dan dada.
Pada umumnya, trigger yang dapat memicu kekambuhan pada penderita asma adalah adanya paparan alergen atau polutan, seperti bulu hewan, debu, atau asap. Namun ternyata, pada penderita asma yang juga merupakan penderita GERD, faktor-faktor yang dapat menjadi trigger kekambuhan asmanya ternyata adalah faktor-faktor yang dapat menjadi trigger kekambuhan GERD-nya.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Kita perlu mengingat bahwa saluran pencernaan dan saluran pernafasan kita letaknya sangat dekat dan berdampingan, khususnya kerongkongan dan tenggorokan. Kedua saluran yang letaknya berdampingan itu, membuat kenaikan asam lambung yang terjadi pada kerongkongan dapat turut mengiritasi serta merusak lapisan tenggorokan dan saluran pernafasan lainnya. Akibatnya, tenggorokan dan saluran pernafasan pun dapat mengalami pembengkakan dan terjadilah gangguan pernafasan, yaitu sesak nafas dan batuk yang terus-menerus.
Selain dapat mengiritasi saluran pernafasan, asam lambung juga disebut dapat memicu terjadinya refleks saraf yang menyebabkan penyempitan saluran pernafasan. Oleh karena itu, kondisi GERD memang merupakan salah satu kondisi yang dapat memicu kambuhnya asma, dan penderita GERD juga disebutkan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menderita asma. Bahkan, sebuah hasil studi menunjukkan bahwa 75% orang dewasa yang mengidap asma juga memiliki gangguan asam lambung.
GERD merupakan gangguan asam lambung yang pada umumnya, gejala utamanya adalah munculnya gangguan pencernaan. Meskipun demikian, pada penderita GERD yang juga merupakan penderita asma, gejala utama yang muncul pada saat GERD-nya kambuh biasanya bukanlah gangguan pencernaan seperti mual dan muntah, melainkan adanya batuk terus-menerus yang kemudian disusul dengan sesak nafas.
Bagaimana cara membedakan apakah asma kita terkait dengan GERD atau tidak?
Penderita asma dapat mencurigai bahwa asmanya terkait dengan GERD apabila sesak nafas yang dialaminya terkait dengan waktu makan (misalnya, sesak nafas muncul setelah makan atau saat terlambat makan), sesak nafas muncul setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang iritatif (misalnya, sambal, makanan asam, atau minuman beralkohol), sesak nafas muncul saat berbaring dengan bantal yang terlalu rendah, atau sesak nafas muncul saat mengalami stress atau tekanan.
Selain itu, hal yang juga patut dicurigai adalah apabila gejala asma yang dialaminya baru mulai terjadi setelah dirinya dewasa alias tidak ada riwayat asma saat usia anak, serta konsumsi obat asma –baik itu controller maupun reliever- tidak terlalu efektif dalam meredakan sesak atau kekambuhan asmanya. Bahkan tidak jarang juga, konsumsi obat asma seperti Teofilin dan beta-adrenergic-bronchodilator justru dapat memperburuk terjadinya refluks asam lambung, yang pada akhirnya juga akan semakin memperburuk sesak nafas dan batuk penderita. Wah, jadinya seperti lingkaran setan yaa, pengobatan asma dan GERD ini…
Pengobatan pada penderita asma dengan GERD harus dilakukan secara lebih komprehensif. Penderita sangat direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan dokter agar bisa mendapatkan pengobatan yang dapat mengatasi kondisi asma serta GERD-nya. Bagi penderita asma dengan GERD, dokter tidak hanya akan meresepkan obat asma biasa saja, melainkan, juga akan meresepkan obat GERD seperti H2-blocker (misalnya, Ranitidine dan Famotidine) dan Proton Pump Inhibitor (PPI, misalnya, Omeprazole), yang bertujuan untuk membantu meredakan kenaikan asam lambung, yang dapat turut mengiritasi saluran pernafasan. Selain itu, untuk obat asmanya pun dokter umumnya akan meresepkan obat asma yang bersifat controller, yang bertujuan untuk membantu mencegah peradangan dan penyempitan saluran pernafasan, yang dapat memicu terjadinya sesak nafas.
Penting untuk diingat, bahwa pengobatan pada penderita asma dengan GERD harus meliputi eliminasi faktor-faktor yang dapat memicu kekambuhan GERD-nya. Misalnya, bagi penderita yang sensitif dengan makanan yang pedas, dia harus menghindari untuk mengkonsumsi makanan yang pedas karena makanan pedas tidak hanya akan memicu kekambuhan GERD-nya saja, melainkan juga akan memicu kekambuhan asmanya.
Penerapan gaya hidup yang lebih sehat juga sangat direkomendasikan bagi penderita asma dengan GERD, termasuk di antaranya adalah memiliki kebiasaan makan yang sehat, seperti menghindari konsumsi makanan dan minuman yang iritatif, berhenti mengkonsumsi alkohol, menghindari mengkonsumsi obat yang dapat menaikkan asam lambung (misalnya, obat anti peradangan seperti NSAIDs dan kortikosteroid), dan menghindari mengkonsumsi makanan berlemak.
Penderita asma dengan GERD juga sangat disarankan untuk berhenti merokok, cukup beristirahat, serta mengindari stress, karena ketiga hal tersebut juga termasuk ke dalam hal-hal yang dapat memicu terjadinya kekambuhan asma dan GERD.
Melakukan olahraga ternyata juga sangat direkomendasikan bagi penderita asma dengan GERD. Meskipun demikian, olahraga harus dilakukan sesuai dengan kapasitas fisik, harus dilakukan sesuai dengan kondisinya, dan tidak boleh dilakukan secara berlebihan. Penderita juga sangat disarankan untuk melakukan latihan teknik pernafasan yang bertujuan untuk memperkuat diafragmanya. Berdasarkan sebuah studi yang dipublikasikan pada The American Journal of Gastroenterology, penderita asma dengan GERD yang rutin melakukan latihan teknik pernafasan ini cenderung memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami sesak nafas akibat kenaikan asam lambung.
Stay safe and healthy, semuanya!
***