17 December 2019 6146

Serba-Serbi Keluarga Berencana

Kita mungkin sudah tidak asing dengan Program Keluarga Berencana. Ya, program yang memiliki slogan ‘Dua Anak Cukup, Laki-laki atau Perempuan Sama Saja’ itu memang sudah dicanangkan sejak masa Orde Baru. Namun ternyata, masih ada segelintir orang yang bertanya-tanya, “Mengapa sih, kelahiran saja itu harus dibatasi?”. Di artikel hari ini, kita akan mencoba mengulas tentang pentingnya manajemen kesehatan reproduksi, yang mana salah satu metodenya adalah pengaturan angka kelahiran.
 
 
Pembatasan Kelahiran Sempat Dilarang!
Tahukah kalian, kalau dahulu wacana pembatasan kelahiran sempat dilarang? Prinsip ‘banyak anak banyak rezeki’ ternyata terlalu merasuk ke sanubari masyarakat dan pemerintah pada masa Presiden Soekarno. Jadi tak heran, ketika Dokter Julie Sulianti Saroso (Kepala Jawatan Kesejahteraan Ibu dan Anak pada Kementrian Kesehatan di Yogyakarta pada masa itu) menyatakan idenya agar para ibu berani dan mau melakukan pembatasan kelahiran, kecaman langsung datang bertubi-tubi kepadanya. Johannes Leimena –selaku Menteri Kesehatan pada masa itu - dan Presiden Soekarno turut menegurnya dan menghimbaunya agar tidak menyinggung hal tersebut lagi.
 
Hal tersebut dirasa cukup beralasan pada masa itu. Pasalnya, hampir seluruh masyarakat sepaham bahwa pembatasan kelahiran merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia, mengakibatkan pembunuhan terhadap bibit bayi, dan bahkan dapat memperluas pelacuran dan merusak moral masyarakat. Paham tersebut turut diamini oleh Pasal 534 KUHP dan Pasal 481 RKUHP yang menyatakan bahwa tindakan, upaya, atau penyiaran alat pencegahan kehamilan dapat dipidanakan.
 
Pada era Presiden Soeharto, wacana pengaturan kelahiran mulai menemui titik terang, di mana Program Keluarga Berencana mulai dicanangkan. DKI Jakarta, selaku provinsi dengan penduduk terpadat akhirnya digunakan sebagai kota pilot project dari Program Keluarga Berencana. Pada Oktober 1968, didirikanlah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang merupakan cikal bakal dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
 
Sumber foto: tirto.id
 
 
Program Keluarga Berencana di Indonesia
Salah satu dari Millennium Development Goals yang dicanangkan oleh WHO adalah peningkatan kesehatan ibu, yang mana, salah satunya caranya adalah dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan mewujudkan akses kesehatan reproduksi yang mudah dijangkau bagi wanita. AKI sendiri sayangnya masih sangat dipengaruhi oleh aktifitas reproduksi sang wanita, karena kesehatan wanita sebagian besar ditentukan oleh bagaimana kondisinya saat memasuki masa pubertas, pada saat kehamilan, pada saat menjalani persalinan, dan pada masa setelah persalinan.
 
Program Keluarga Berencana memiliki makna yang strategis, komprehensif, dan fundamental dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak antara kelahiran, usia ideal ibu untuk hamil dan melahirkan, yang mana semuanya itu dilakukan melalui aktifitas promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Berdasarkan tujuan tersebut, program dan metode kontrasepsi mulai digalakkan di seluruh lapisan masyarakat.
 
Sumber foto: atmago.com

 

Fasilitas Kesehatan Penyedia Kontrasepsi
Sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 78 disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat, dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
 
Pada saat ini, pemerintah menyediakan secara gratis tiga jenis kontrasepsi yaitu kondom, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan susuk kontrasepsi. Puskesmas juga didaulat menjadi fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terbesar dalam pelayanan KB di masyarakat. Walaupun pada kenyataannya, sejak tahun 1997, fasilitas kesehatan swasta lebih mendominasi pelayanan kontrasepsi untuk masyarakat.
 
Jadi sebenarnya, kita bisa mendapatkan alat kontrasepsi secara cuma-cuma di Puskesmas, lho. Tidak ada lagi alasan untuk tidak memakai kontrasepsi karena harganya yang mahal ya.
 
 
Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah metode untuk mencegah terjadinya kehamilan, yang mana dapat dilakukan dengan pemasangan alat, konsumsi obat, tindakan pembedahan (operasi), atau teknik manual tertentu. Dengan menggunakan kontrasepsi, orang bisa memperkirakan dan merencanakan kehamilannya.
 
Sumber foto: parenting.orami.co.id

 

 
Saat ini, ada beberapa metode kontrasepsi yang dapat kita pilih:
1.    
Pil Kontrasepsi
 
 
Sumber foto: winnetnews.com
 
Pil kontrasepsi termasuk ke dalam tiga besar alat kontrasepsi paling populer di Indonesia. Kontrasepsi hormonal ini memiliki tingkat efektivitas hingga 98%, selama diminum secara rutin dan sesuai aturan.
 
Pil ini mengandung hormon estrogen dan progesterone sintesis. Hormon-hormon dalam pil ini mencegah ovarium wanita untuk melepaskan sel telur. Selain itu, hormon-hormon ini juga mempersulit sperma untuk mencapai sel telur. Pil kontrasepsi diminum setiap hari selama 21 hari, kemudian berhenti diminum selama tujuh hari. Saat kita berhenti meminum pil kontrasepsi, kita akan mulai mengalami menstruasi. Setelah selesai menstruasi, kita akan mulai minum pil kembali untuk siklus yang baru. Konsumsi pil kontrasepsi dapat memberikan efek samping ringan bagi beberapa orang, seperti perubahan suasana hati, nyeri payudara dan sakit kepala.
 
 
2.     Kondom
 
Sumber foto: liputan6.com
 
Kondom merupakan media yang digunakan untuk mencegah terjadinya pertemuan antara sperma dan sel telur. Kondom terdiri dari dua jenis, yaitu kondom untuk pria dan kondom untuk wanita. Kondom merupan alat kontrasepsi yang paling populer di Indonesia. Efektifitas kondom –jika digunakan dengan benar- dapat mencapai 98%. Selain mencegah kehamilan, kondom juga memiliki fungsi lain yaitu mencegah terjadinya penyebaran infeksi seperti infeksi HIV dan sifilis.
 
 
3.     Intrauterine Device (IUD)
 
 
Sumber foto: id.theasianparent.com
 
IUD adalah perangkat plastik dan tembaga dengan bentuk T kecil yang dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter. IUD dapat mencegah terjadinya pembuahan sel telur dalam rahim. Sekali dipasang, IUD dapat bertahan dalam rahim wanita hingga lima atau sepuluh tahun. Saat ini, IUD menempati posisi kedua sebagai alat kontrasepsi yang paling populer di Indonesia. Tingkat efektivitas IUD mencapai 99.8% dalam mencegah kehamilan.

 

4.     Cincin Vagina
 
Sumber foto: webconsultas.com
 
Cincin vagina adalah alat yang berentuk cincin plastik kecil dan lembut dan ditempatkan di dalam vagina. Cincin vagina bekerja dengan cara melepaskan hormon estrogen dan progestogen, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dan mempersulit sperma untuk mencapai sel telur. Cincin vagina memiliki tinggi sekitar 4 mm dan diameter 5.5cm. Sekali dipasang, cincin vagina dapat bertahan selama 21 hari sebelum harus dilepaskan dan diganti dengan alat yang baru.
 
 
5.     Intrauterine System (IUS)
 
Sumber foto: youtube.com
 
IUS memiliki metode kerja yang mirip dengan IUD, yaitu dengan mengentalkan lendir dari serviks sehingga dapat mempersulit sperma yang sedang bergerak mencapai sel telur. Sekali dipasang IUS dapat digunakan selama tiga hingga lima tahun.

 

6.     Diafragma
 
 
Sumber foto: creasoft.wordpress.com
 
Diafragma merupakan lingkaran silicon berbentuk kubah yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual. Alat ini berisi krim atau spermisida yang bertujuan untuk menutupi leher rahim sehingga sperma tidak bisa masuk ke dalam rahim dan membunuh sel sperma. Diafragma harus dibiarkan di dalam vagina setidaknya enam jam setelah berhubungan seks. Setelah itu, Anda bisa mengeluarkan dan mencucinya untuk kemudian dapat digunakan kembali.
 
 
7.     Tubektomi
Sumber foto: mommiesdaily.com
 
Tubektomi adalah salah satu bentuk kontrasepsi mantap (kontap) yang dilakukan dengan cara memotong tuba falopii atau saluran tuba. Ketika tuba falopii dipotong, maka sel telur tidak dapat masuk ke dalam rahim dan sperma pun tidak bisa membuahi sel telur. Tubektomi ini biasanya ditujukan untuk pasangan usia subur yang sudah tidak ingin punya anak lagi. Tuba falopii yang sudah dipotong tidak dapat dikembalikan lagi seperti semula. Oleh karena itulah, tubektomi termasuk salah satu metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang bersifat permanen. Alat kontrasepsi ini juga disebut dapat efektif mencegah kanker.
 
 
8.     Vasektomi
Sumber foto: kurio.id
 
Vasektomi merupakan bentuk kontrasepsi mantap (kontap) yang bersifat permanen pada pria. Tindakan ini dilakukan dengan melakukan operasi kecil dengan pemotongan vas deferens –saluran yang bertugas membawa sperma dari testis ke penis- sehingga sperma tidak dapat mencapai penis dan dikeluarkan saat terjadi ejakulasi. Yang perlu diingat adalah vasektomi bukanlah proses kebiri sehingga pria masih bisa ereksi dan tidak memengaruhi kejantanan pria.
 
 
9.     Suntik Kontrasepsi
 
Suntik kontrasepsi adalah metode kontrasepsi hormonal di mana disuntikkan obat yang mengandung hormon progestogen pada bagian tertentu tubuh seperti paha, lengan atas, atau perut. Hal ini bertujuan untuk menghentikan terjadinya ovulasi. Setelah penyuntikkan, wanita akan mengalami peningkatan dan penurunan kadar hormon secara bertahap dan teratur.
 
 
10. Implant
Sumber foto: lifestyle.sindonews.com
 
Kontrasepsi yang dikenal juga sebagai ‘KB susuk’ ini dimasukkan di bawah lapisan kulit lengan atas. Kontrasepsi ini cukup diminati karena pemasangannya cepat, mudah, tidak terlalu sakit, dan dapat bertahan hingga tiga tahun penggunaan. Selain itu, kontrasepsi ini juga memiliki tingkat efektifitas yang sangat tinggi –yaitu 99%- dalam upaya pencegahan kehamilan.
 
 
11. Coitus Interuptus (Senggama Terputus)
 
Metode kontrasepsi ini dilakukan dengan mencaput penis sebelum terjadi ejakulasi pada saat berhubungan seksual. Metode kontrasepsi yang juga dikenal sebagai senggama terputus ini merupakan metode kontrasepsi yang juga cukup diminati oleh pasangan muda/usia subur. Mengapa? Tentunya karena tidak ada biayanya sama sekali, hehe. Selain itu, metode kontrasepsi ini juga tidak membutuhkan pemasangan alat, konsumsi obat, atau penyuntikkan yang terkadang dinilai ‘merepotkan’ bagi sebagian orang. Namun yang perlu diingat, efektifitas metode ini dalam mencegah kehamilan cukup jauh dibandingkan dengan metode-metode lainnya, yaitu hanya sekitar 80%.
 
 
12. Spermisida
 
Sumber foto: hellosehat.com
 
Spermisida biasanya diletakkan di dalam vagina, di dekat leher rahim (cervix) dan harus segera dimasukkan sebelum berhubungan intim. Spermisida ini umumnya mulai bekerja setidaknya 15 menit setelah digunakan. Dari sekian banyak metode kontrasepsi, metode ini dapat dikatakan tidak memiliki popularitas yang cukup baik. Padahal, metode yang menggunakan bahan kimia nonoxynol-9 ini cukup efektif dalam menghambat pergerakkan dan ‘membunuh’ sperma.
 
 
Program Keluarga Berencana merupakan program yang memiliki tujuan baik, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pada pelaksanaannya, program ini memiliki banyak kendala dari berbagai aspek, mulai dari penolakan dari masyarakat itu sendiri, hingga kurang terjangkaunya pelayanan kontrasepsi pada beberapa kelompok masyarakat. Oleh karena itu, untuk kita-kita yang bisa dikatakan ‘cukup mudah’ untuk menjangkau berbagai metode kontrasepsi, tidak ada salahnya untuk dapat membantu menyukseskan program pemerintah ini. Toh, manfaatnya untuk kita dan generasi mendatang juga, kan? J
 
***

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id