07 January 2019 9926

Mengenal Diet Keto

Siapa yang belum pernah mendengar tentang diet keto?
 
Sumber Gambar : jabar.tribunnews.com
 
Diet keto, atau juga dikenal sebagai diet ketogenic, merupakan diet yang menerapkan pola makan rendah –atau bahkan tanpa- karbohidrat dan tinggi lemak. Pembatasan asupan karbohidrat pada diet keto bertujuan untuk membuat tubuh berada dalam kondisi ketosis, yaitu kondisi di mana gula darah berada pada level rendah sehingga tubuh akan memecah lemak untuk dijadikan sumber energi.
 
Diet keto pertama kali diperkenalkan oleh dr. Gianfranco Capello, seorang professor dari Universitas Sapienza di Italia. Menurut penelitiannya, rata-rata peserta diet mengalami penurunan berat badan sebesar 10.2 kg setelah menjalani 2.5 siklus diet ketogenik (sekitar 5 – 8 minggu). Capello menyimpulkan bahwa metode diet ini merupakan cara yang cukup efektif untuk menurunkan berat badan pada penderita obesitas dengan efek samping yang minimal.
 
Secara umum, diet keto dikategorikan menjadi diet keto standar dan diet keto tinggi protein. Diet keto standar menganjurkan konsumsi makanan dengan komposisi 75% lemak, 20% protein, dan 5% karbohidrat. Sedangkan diet keto tinggi protein menganjurkan konsumsi makanan dengan komposisi 60% lemak, 35% protein, dan 5% karbohidrat. Pengaturan pola makan tersebut harus dilakukan secara konsisten selama 2 – 3 minggu untuk mendapatkan hasil maksimal. Jika ternyata kita sempat melakukan ‘cheat’ dalam periode tersebut, maka kita harus melakukan diet keto dari hari pertama lagi. Mulai dari nol ya, kakak…
 
Sumber Gambar : inspirasipagi.id
 
Diet keto dengan cepat menjadi populer karena hasilnya yang terlihat cepat. Dengan tidak ada atau minimnya asupan karbohidrat selaku sumber energi utama tubuh dan dibakarnya lemak untuk dijadikan pengganti sumber energi, penurunan berat badan memang dapat terjadi dengan cepat. Selain itu, dengan dikonsumsinya lemak dalam porsi yang tinggi, pelaku diet keto akan merasa kenyang sehingga tidak memerlukan konsumsi makanan dalam jumlah banyak.
 
Selain efektif untuk menurunkan berat badan, diet keto juga ternyata efektif untuk mengontrol kadar gula darah. Saat asupan karbohidrat rendah, otomatis kadar gula dalam darah juga menjadi rendah. Karbohidrat dalam tubuh yang jumlahnya tidak banyak juga akan semaksimal mungkin dibakar menjadi energi sehingga kadar gula dalam darah juga menjadi semakin rendah.
 
Manfaat lain dari diet keto adalah dapat meringankan gejala epilepsi atau kejang, terutama pada anak. Sebuah penelitian menemukan adanya penurunan intensitas kejang sebanyak 50% pada setengah populasi anak yang menjalani diet keto selama 1 tahun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kondisi ketosis pada tubuh. Karena, saat tubuh berada dalam keadaan ketosis, tubuh akan menghasilkan senyawa keton yang dapat melindungi sel-sel otak dari kerusakan. Selain mampu mengurangi gelaja epilepsi, keton juga dapat melindungi otak dan mencegah gangguan syaraf seperti Alzheimer dan Parkinson.
 
Sumber Gambar : id.pinterest.com
 
Walaupun sedemikian bermanfaat, ahli nutrisi merekomendasikan bahwa diet keto ini seharusnya dilakukan dalam pengawasan tenaga medis dan hanya boleh dilakukan dalam waktu singkat. Kondisi ketosis dalam batas tertentu memang dapat memberikan manfaat untuk tubuh. Namun, jika produksi keton berlebih, tubuh kita akan masuk ke kondisi ketoasidosis yang dapat memicu berbagai gangguan seperti dehidrasi, kelelahan, sesak napas, hingga kematian.
 
Dehidrasi tubuh yang ditimbulkan oleh ketoasidosis juga dapat menyebabkan gangguan ginjal dan gangguan keseimbangan elektrolit. Gangguan tersebut dapat menyebabkan kram otot, aritmia jantung, dan gangguan kesadaran. Kram otot mungkin tidak mematikan, namun jika terjadi berulang-ulang, tentunya akan sangat tidak nyaman bagi kita.
 
Pada saat tubuh berada dalam kondisi ketosis, kita juga akan kehilangan massa otot sehingga kita akan merasa cepat lelah. Selain itu, kondisi ketosis juga dapat mempengaruhi otot jantung sehingga jika diet keto dilakukan dalam waktu lama, dikhawatirkan dapat menimbulkan gangguan jantung.
 
Salah satu efek samping lainnya dari diet keto adalah keto-flu, yaitu kondisi yang diakibatkan karena adaptasi tubuh atas kehilangan asupan karbohidrat dalam jumlah yang signifikan. Kondisi ini ditandai dengan adanya ‘flu like syndrome’ seperti batuk, pilek, nyeri kepala, serta mual. Kehilangan asupan karbohidrat juga dapat menimbulkan kondisi hipoglikemia yang dapat mempengaruhi kerja dari otak. Sehingga jangan heran, kalau pelaku diet keto bisa mengalami gangguan konsentrasi atau tiba-tiba saja jadi ‘lemot’.
 
Berdasarkan penelitian, diet keto sebaiknya hanya dilakukan selama tiga hingga enam bulan. Melakukan diet keto terlalu lama justru akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti peningkatan kolesterol, ketoasidosis, bahkan berat badan kita berpotensi untuk ‘rebound’ karena tingginya penumpukan lemak pada tubuh. Apalagi kalau diet ketonya tidak diiringi dengan berolahraga ya…
 
Konsumsi lemak berlebih dalam jangka waktu lama juga dapat berpotensi meningkatkan kadar kolesterol yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Terutama karena sebagian besar pelaku diet keto masih ‘salah kaprah’ dalam mengkonsumsi lemak, di mana lemak yang dikonsumsi adalah lemak jenuh seperti gajih dan jeroan, bukan lemak tak jenuh seperti salmon dan alpukat.
 
Sumber Gambar : health.clevelandclinic.org
 
Mengenai menu untuk diet keto, saat ini sudah banyak catering yang menyediakan menu untuk diet keto. Selain itu jangan lupa berkonsultasi ke dokter sebelum melakukan diet keto, terutama kalau kamu memiliki risiko kesehatan seperti dyslipidemia, gangguan jantung, atau gangguan ginjal.
 
Sumber Gambar : blog.paleohacks.com
 
Jangan lupa juga, iringi diet keto-mu dengan berolahraga. Bakar semua lemak-lemak itu dengan semangat, ya! Semangat mencapai #2019bodygoals !
 
***

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id