27 June 2024 1477
Reasuransi Jiwa

Pengaruh Penggunaan Proton Pump Inhibitor terhadap Gangguan Kandung Empedu

Beberapa hari terakhir, di salah satu platfom media sosial  diramaikan oleh konten dari seorang netizen yang menceritakan bahwa dirinya mengalami penyakit batu empedu akibat sering mengkonsumsi Omeprazole yang merupakan salah satu jenis obat maag. Info dari konten tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian netizen lantaran Omeprazole yang seharusnya bermanfaat untuk meredakan serangan maag justru berpotensi menimbulkan kemunculan penyakit lainnya.

Jadi bagaimana nih fakta terkait hubungan antara konsumsi Omeprazole dengan kemunculan penyakit batu empedu?

Asam lambung pada dasarnya adalah zat normal yang diproduksi oleh lambung untuk membantu fungsi pencernaan kita. Meskipun demikian, produksi asam lambung yang berlebih tentu dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita lantaran asam lambung pada dasarnya dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran pencernaan kita. Oleh karena itu, pada kondisi tertentu, kita dapat mengkonsumsi obat untuk dapat menurunkan sekresi asam lambung, salah satunya adalah Omeprazole.

Omeprazole merupakan salah satu obat yang termasuk ke dalam golongan Proton Pump Inhibitor (PPI) yang dikonsumsi untuk meredakan nyeri akibat gangguan pencernaan yang terjadi pada lambung dan duodenum, termasuk di antaranya tukak lambung (gastric ulcer), tukak duodenum (duodenal ulcer), serta Gastro Esophageal Reflux Diseases (GERD). Beberapa merk obat yang masuk ke dalam golongan PPI di antaranya adalah Omeprazole, Lansoprazole, Pantoprazole, Esomeprazole, dan Rabeprazole.

Konsumsi PPI sangat disarankan untuk dimulai dengan dosis sekecil mungkin dan untuk durasi sesingkat mungkin. Untuk sebagian besar kasus, dosis awal pemberian Omeprazole umumnya adalah 20 mg/hari. Meskipun demikian, untuk beberapa kasus, pemberian dosis dapat ditingkatkan menjadi 40 mg/hari dan nantinya dapat diturunkan kembali hingga ke dosis maintenance yaitu 10 mg/hari atau bahkan dikonsumsi hanya jika diperlukan/muncul gejala.

Efek dari konsumsi PPI umumnya baru dirasakan setelah PPI dikonsumsi selama beberapa hari. Karena PPI diaktivasi secara optimal saat lambung terisi, umumnya dokter akan merekomendasikan PPI untuk dikonsumsi sebelum makan. Apabila pasien akan mengkonsumsi PPI sebanyak satu kali sehari, PPI direkomendasikan untuk diminum pada pagi hari. Apabila pasien akan mengkonsumsi PPI sebanyak dua kali sehari, dosis pertama PPI dapat dikonsumsi pada pagi hari dan dosis kedua PPI dapat dikonsumsi pada 30 menit sebelum makan malam.

Berbagai studi mengungkapkan bahwa obat golongan PPI lebih superior jika dibandingkan dengan obat golongan H2-receptor agonists yang sudah terlebih dahulu beredar di dunia medis. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila obat golongan PPI saat ini terbilang telah menggantikan obat golongan H2-receptor agonists.  Saat ini pun, obat golongan PPI merupakan salah satu jenis obat yang paling sering dikonsumsi dan diresepkan oleh tenaga medis. Meskipun demikian, konsumsi obat golongan PPI tetap tidak boleh dilakukan tanpa rekomendasi dari dokter, termasuk untuk dosis obat dan lama pemberian obatnya. Hal tersebut lantaran adanya potensi kemunculan efek samping dari konsumsi obat PPI seperti rebound acid secretion dan gangguan fungsi kandung empedu.

Pada pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons di Fort Lauderdale, Florida pada April 2005 dipaparkan sebuah studi terkait efek samping dari pemberian jangka pendek PPI terhadap kandung empedu. Studi yang dipaparkan tersebut menyebutkan bahwa pemberian PPI dapat menyebabkan penurunan gallbladder motility yang signifikan sehingga memicu kemunculan gejala-gejala penyakit terkait biliary system.

Paparan pada pertemuan tersebut didukung oleh berbagai studi yang muncul pada tahun-tahun berikutnya. Salah satunya adalah sebuah studi bertajuk Proton Pump Inhibitors Reduce Gallbladder Function yang diterbitkan oleh MA Cahan et al pada September 2006 melakukan pengukuran fungsi kandung empedu berdasarkan Gallbladder Ejection Fraction (GBEF). Sebanyak 15 dari 19 subjects mengalami penurunan fungsi kandung empedu setelah pemberian Omeprazole dengan dosis 40 mg/hari selama 30 hari. Oleh karena itu, studi tersebut menarik kesimpulan bahwa dalam kurun waktu singkat, pemberian terapi PPI dapat mempengaruhi fungsi kandung empedu, dan dalam kurun waktu panjang, pemberian terapi PPI berpotensi menyebabkan disfungsi kandung empedu serta komplikasi biliary system.

Sebuah studi lain yang bertajuk Proton Pump Inhibitors Increase the Risk of Cholecystitis: A Population-Based Case-Control Study yang diterbitkan oleh Shih-Chieh Chuang et al pada tahun 2018 menyebutkan kesimpulan yang serupa dengan studi MA Cahan et al. Studi dari Shih-Chieh Chuang et al menggunakan National Health Insurance Research Database dari Taiwan pada tahun 2002 – 2011 dengan menggunakan populasi penderita cholecystitis dan control group yang diambil dari random population. Kesimpulan yang dapat ditarik dari studi tersebut adalah proporsi penderita cholecystitis dengan riwayat konsumsi PPI lebih besar ketimbang proporsi penderita cholecystitis tanpa riwayat konsumsi PPI (36% vs 29%).

Studi Shih-Chieh Chuang juga menyampaikan hipotesis bahwa konsumsi PPI dapat menurunkan sekresi asam lambung dan meningkatkan pH pada lambung, di mana kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan aktivitas bakterial di lambung, serta menyebabkan pathogen dapat berpindah dari lambung ke duodenum. Kondisi tersebut dapat menyebabkan retrograding risk ke biliary system yang pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan kejadian infeksi pada biliary system, termasuk di antaranya cholecystitis.

Selain gangguan fungsi empedu, pada dasarnya PPI juga dapat menyebabkan berbagai efek samping lainnya, seperti hypomagnesemia, infeksi (misalnya pneumonia), vitamin deficiency (terutama Vitamin B12), osteoporosis, nyeri kepala, dizziness, skin rash, nyeri perut, diare, dan nyeri punggung. Selain itu, penting juga untuk diperhatikan bahwa terdapat beberapa kelompok yang masuk ke dalam kontraindikasi pemberian PPI, salah satunya adalah penderita penyakit liver yang berat. Oleh karena itu, sebelum mengkonsumsi PPI sangat direkomendasikan untuk dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Stay safe and healthy, semuanya!

Penulis

dr. Laras Prabandini Sasongko, AAAIJ

Email: laras@indonesiare.co.id