Reasuransi Jiwa
Mengenal Diabetes Mellitus Type 5
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula di dalam darah. Pada dasarnya, glukosa atau gula adalah sumber energi utama bagi tubuh. Pada manusia normal, sel tubuh akan memanfaatkan glukosa sebagai ‘bahan bakar’ untuk tubuh melakukan aktivitas sehari-hari.
Pada penderita diabetes, glukosa tidak dapat digunakan oleh sel tubuh secara efektif sehingga menimbulkan penumpukan glukosa pada aliran darah. Penumpukan glukosa ini lambat laun akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah serta organ-organ tubuh lainnya.
Selama ini, kita mengenal dua jenis Diabetes Mellitus, yaitu diabetes 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh gangguan sistem imun (autoimun) yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh ‘keliru’ menganggap sel tubuh sebagai musuhnya, sehingga sel imun tersebut menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas. Reaksi autoimun ini tidak terkait dengan gaya hidup penderitanya dan dapat terjadi pada usia berapa pun, mulai dari bayi hingga usia lanjut, namun umumnya onset penyakit ini terjadi pada usia yang relatif muda.
Diabetes tipe 1 diperkirakan merupakan hasil kombinasi antara faktor genetik dan pemicu lingkungan, seperti infeksi virus. Karena sel penghasil insulin selalu ‘diserang’ oleh sel imun, tubuh penderita diabetes tipe 1 secara mutlak membutuhkan terapi pengganti insulin dalam bentuk suntikan atau
‘pump’ yang umumnya dibutuhkan oleh penderita di sepanjang usianya.
Berbeda dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang dipicu oleh gaya hidup penderitanya. Oleh karena itu, diabetes tipe 2 biasanya diderita oleh penderita yang memiliki berat badan berlebih ataupun
sedentary lifestyle. Meskipun demikian, pada etnis tertentu seperti Asia dan Afrika, Diabetes tipe 2 juga sering ditemukan pada orang dengan berat badan normal ataupun rendah.
Pada diabetes tipe 1 di mana penderitanya mutlak memerlukan terapi pengganti insulin, sedangkan pada penderita tipe 2 akan memulai terapi diabetesnya dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan oral yang dapat membantu mengendalikan kadar gula darahnya melalui peningkatan produksi insulin dari pankreas atau peningkatan sensitivitas insulin. Meskipun demikian, penderita yang tidak dapat mengendalikan gula darahnya dengan pengobatan oral juga akan direkomendasikan untuk menggunakan suntikan insulin.
Selain kedua tipe diabetes tersebut, memang terdapat beberapa tipe dan sub-tipe diabetes lainnya yang mungkin sudah pernah dikenal oleh masyarakat, misalnya diabetes gestational yang terjadi pada wanita hamil. Meskipun demikian, terminologi diabetes tipe 5 merupakan hal yang masih baru dan asing bagi Sebagian besar orang. Oleh karena itu, saat
International Diabetes Federation (IDF) mengumumkan klasifikasi dan
working group terkait diabetes tipe 5, cukup banyak masyarakat yang terkejut dan penasaran dengan klasifikasi baru diabetes tersebut.
Klasifikasi dan
working group diabetes tipe 5 diumumkan pada
International Diabetes Federation (IDF) World Diabetes Congress 2025 di Bangkok, Thailand, oleh Professor Peter Schwarz selaku
IDF President. Peluncuran
working group tersebut bertujuan untuk mengembangkan kriteria diagnosis dan panduan terapi untuk penyakit diabetes tipe 5 yang terkait dengan kondisi malnutrisi.
Selain itu,
working group ini juga bertujuan untuk membangun registri penelitian global serta mengembangkan modul pendidikan untuk melatih para profesional perawatan kesehatan khususnya yang terkait dengan perawatan diabetes tipe 5.
Working group diabetes tipe 5 ini dikepalai oleh Dr. Meredith Hawkins, seorang
endocrinologist dan
founding director dari
Global Diabetes Institute di
Albert Einstein College of Medicine di New York serta Dr. Nihal Thomas, seorang professor endokrin di
Christian Medical College (CMC) di Vellore, India.
Diabetes tipe 5 sendiri sebenarnya telah mulai ‘diperkenalkan’ secara formal pada forum internasional di India pada awal tahun 2025 sebagai diabetes yang terkait dengan kondisi
severe insulin-deficient diabetes (SIDD). Diabetes tipe 5 dikarakteristikan oleh perburukan tingkat defisiensi insulin dan kontrol metabolik yang di
trigger oleh kondisi gizi buruk kronis pada penderitanya. Berdasarkan data yang ada, mayoritas penderita diabetes tipe 5 telah mengalami gizi buruk selama bertahun-tahun, baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa remajanya.
Data tersebut turut disokong oleh penelitian diabetes tipe 5 yang dilakukan pada hewan pengerat. Mayoritas hewan pengerat yang mengkonsumsi diet rendah protein pada masa kanak-kanak, remaja, atau sejak masa
intra uterine cenderung menunjukkan perkembangan pankreas yang buruk dengan ukuran yang kecil. Pankreas dengan karakteristik tersebut cenderung memiliki lebih sedikit cadangan sel penghasil insulin sehingga rentan untuk terkena diabetes. Meskipun demikian, kondisi
undernutrition tersebut tidak menyebabkan penderitanya mengalami resistensi insulin. Oleh karena itu, penderita diabetes tipe 5 diperkirakan tidak akan membutuhkan terapi pengganti insulin sejak awal penyakitnya seperti yang dialami oleh penderita diabetes tipe 1.
Meskipun kriteria diagnosis dan
working group diabetes tipe 5 baru dipublikasikan pada tahun 2025, pada dasarnya kondisi diabetes tipe 5 telah diamati selama lebih dari 70 tahun. Kasus diabetes yang terkait dengan
undernutrition pertama kali diidentifikasi di Jamaika pada tahun 1955.
Data menyebutkan bahwa kasus
undernutrition diabetes tersebut paling sering terjadi pada pria berusia muda di negara yang berpendapatan rendah dan menengah. Meskipun demikian, kasus-kasus tersebut sering kali salah teridentifikasi sebagai diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2.
Pada tahun 1985,
World Health Organization (WHO) secara resmi mengklasifikasikan ‘
undernutrition diabetic’ sebagai jenis diabetes yang berbeda dari diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2. Sayangnya, pada tahun 1999 WHO kembali meniadakan kategori diabetes tersebut lantaran kurangnya bukti bahwa kekurangan gizi atau protein dapat menyebabkan diabetes.
Di tahun 2005, Dr. Meredith Hawkins menyadari adanya diabetes yang berhubungan dengan kekurangan gizi pada saat mengajar di berbagai pertemuan kesehatan global. Pada tahun 2010, Hawkins mendirikan
Einstein’s Global Diabetes Institute untuk secara khusus mempelajari
undernutrition diabetes tersebut. Pada tahun 2022, Hawkins beserta rekan-rekannya menerbitkan temuan dari pengujian metabolik mutakhir yang dilakukan pada 73 pria Asia India, di mana 20 orang di antaranya terkonfirmasi menderita diabetes tipe 5 jika didiagnosa berdasarkan klasifikasi yang dipublikasi pada tahun 2025 ini. Meskipun demikian, sebelumnya ke-20 pria tersebut ‘hanya’ terdiagnosis sebagai
‘diabetic immunogenetic’.
Selama ini, diabetes tipe 5 belum terlalu banyak mendapat perhatian dalam diskusi kesehatan global. Padahal, jumlah penderita diabetes tipe 5 diestimasikan mencapai 20 hingga 25 juta orang di seluruh dunia, dengan mayoritas penderita berada di kawasan Asia dan Afrika.
Oleh karena itu, peluncuran
working group diabetes tipe 5 ini menandai momen penting dalam pemahaman diabetes, serta bagaimana kondisi tersebut memengaruhi remaja dan dewasa muda yang kurus dan kurang gizi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Pada akhirnya, kita harus memahami bahwa meskipun kita telah merasa
‘familiar’ dengan terminologi diabetes, penyakit tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang sangat bervariasi. Pemahaman dan pengklasifikasian diabetes yang tepat sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pengobatan yang tepat.
Stay safe and healthy, semuanya!